Sosiologi
lahir sebagai reaksi atas penyelidikan pengetahuan yang sebelumnya didominasi
oleh corak pengetahuan yang filosofis, idealistis, dan metafisis; terutama yang
dianjurkan oleh fiosof-filosof Jerman seperti Immamuel Kant, G.W.F. Hegel dan
J.G. Fichte.
Reaksi ini timbul di Perancis, dan digagas oleh Saint-Simon dan Auguste Comte melalui Positivisme. Mereka menyakini bahwa pengetahuan manusia yang betul mestilah menyandarkan kepada gejala-gejala yang bersifat fisik. Bagi Comte, pengetahuan itu mestilah dinamai "FISIKA SOSIAL" atau "SOSIOLOGI'. Ilmu ini tergolong ilmu yang positif.
Tentu saja, pengetahuan metafisik masih dihargai, namun masih lebih rendah.
Adapun yang terendah menurut Comte ialah pengetahuan teologis, yaitu apabila manusia menyandarkan pengetahuannya secara transendental, melampaui batas kemampuan manusia untuk menjangkaunya, dikembalikan kepada kekuasaan Ilahi atau Dewa dan Dewi beserta buku-buku suci. Penegasannya ini termuat dalam Discours Sur L'Ensemble du Positivisme karya Auguste Comte [saya punya yang terbitan tahun 1907, terdiri atas 5 bagian dan 1 konklusi].
Sebetulnya orang-orang Jerman mendapat kritikan keras, namun mereka tidak "marah atau gusar" secara membabi-buta, namun justru memperbaiki sistem pengetahuan mereka sendiri. Itulah sebabnya, dedengkot-dedengkot Sosiologi Klasik banyak yang dari Jerman seperti Max Weber, Karl Marx, Emile Durkheim. Bahkan ahli-ahli hukum Jerman pun mempelajari Sosiologi, contohnya: Georg Jellinek dan Eugen Ehrlich [Austro-Jerman].
Kesimpulan:
Fase tertinggi yang menjadi dasar kebenaran pengetahuan manusia adalah fase Positif [Sosiologi termasuk di dalamnya].
Fase tengah adalah fase Metafisik.
Fase terendah adalah fase Teologik.
Reaksi ini timbul di Perancis, dan digagas oleh Saint-Simon dan Auguste Comte melalui Positivisme. Mereka menyakini bahwa pengetahuan manusia yang betul mestilah menyandarkan kepada gejala-gejala yang bersifat fisik. Bagi Comte, pengetahuan itu mestilah dinamai "FISIKA SOSIAL" atau "SOSIOLOGI'. Ilmu ini tergolong ilmu yang positif.
Tentu saja, pengetahuan metafisik masih dihargai, namun masih lebih rendah.
Adapun yang terendah menurut Comte ialah pengetahuan teologis, yaitu apabila manusia menyandarkan pengetahuannya secara transendental, melampaui batas kemampuan manusia untuk menjangkaunya, dikembalikan kepada kekuasaan Ilahi atau Dewa dan Dewi beserta buku-buku suci. Penegasannya ini termuat dalam Discours Sur L'Ensemble du Positivisme karya Auguste Comte [saya punya yang terbitan tahun 1907, terdiri atas 5 bagian dan 1 konklusi].
Sebetulnya orang-orang Jerman mendapat kritikan keras, namun mereka tidak "marah atau gusar" secara membabi-buta, namun justru memperbaiki sistem pengetahuan mereka sendiri. Itulah sebabnya, dedengkot-dedengkot Sosiologi Klasik banyak yang dari Jerman seperti Max Weber, Karl Marx, Emile Durkheim. Bahkan ahli-ahli hukum Jerman pun mempelajari Sosiologi, contohnya: Georg Jellinek dan Eugen Ehrlich [Austro-Jerman].
Kesimpulan:
Fase tertinggi yang menjadi dasar kebenaran pengetahuan manusia adalah fase Positif [Sosiologi termasuk di dalamnya].
Fase tengah adalah fase Metafisik.
Fase terendah adalah fase Teologik.
Semoga bermanfaat buat sobat semua..