PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupa bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. (Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003),
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional di atas, jelaslah bahwa
pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi harus
diselenggarakan secara sistematis untuk mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut
berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,
beretika, bermoral, sopan santun, dan berakhlak serta berinteraksi dengan
masyarakat.
Lembaga
pendidikan sebagai tempat pembentukan karakter peserta didik dituntut untuk
meningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaannya. Tuntutan tersebut
didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan
remaja di masyarakat mulai dari tawuran, pengeroyokan, pencurian, perampokan
dan tindakan asusila. Fenomena tersebut telah pada taraf yang meresahkan. Oleh
karena itu lembaga pendidikan sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda
diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta
didik di samping keluarga dan masyarakat.
Untuk
mencegah semakin parahnya krisis akhlak pada generasi muda, pendidikan karakter
bangsa perlu diberikan secara terintegrasi dalam semua mata pelajaran, tidak
dibebankan mata mata pelajaran tertentu seperti selama ini terjadi.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang di atas, penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut.
1)
Apakah pendidikan karakter dapat dintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran?
2)
Bagaimanakah pendidikan karakter bangsa dalam keterpaduan pembelajaran?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.Memahami pengintegrasian pendidikan karakter dalam semua mata pelajaran.
2.Memahami pendidikan karakter dalam keterpaduan pembelajaran.
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.Memahami pengintegrasian pendidikan karakter dalam semua mata pelajaran.
2.Memahami pendidikan karakter dalam keterpaduan pembelajaran.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan melalui penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Membuka wawasan penulis dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran
2) Menambah wawasan pembaca dalam upaya penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Karakter
Karakter (character)
mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),
motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter
meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas
intelektual seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku jujur dan
bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh
ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan
seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai situasi, dan komitmen
untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. Karakteristik adalah
realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual social, emosional,
dan etika). Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal yang terbaik (Battishtich, 2008)
Karakter
menurut Alwisol (2008: 8) diartikan sebagai gambaran tentang tingkah laku yang
menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun
implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian, karena pengertian kepribadian
dibebaskan dari nilai. Meski demikian, baik kepribadian (personality)
maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditunjukkan ke lingkungan sosial.
Keduanya relatif permanen serta menuntun, mengarahkan dan mengorganisasikan
aktivitas individu.
Jadi istilah
karakter berkenaan dengan personality (kepribadian) seseorang.
Seseorang bisa disebut orang berkarakter (a person of character) apabila
perilakunya sesuai dengan kaidah moral.
2.2 Pendidikan
Karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil.
Menurut dokumen Desain Induk Pendidikan Karakter terbitan
kementerian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter didefinisikan sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak,
yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengambil keputusan
yang baik, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Dalam pendidikan
karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh
warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas
dari berbagai kekurangan dalam praktik penyelenggaraan pendidikan, apabila
ditinjau dari standar nasional pendidikan, tujuan pendidikan dapat
dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus
diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah baru menyentuh
pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai dan belum pada tingkatan
internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2.3 Nilai-Nilai
Karakter
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai The Golden Rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai The Golden Rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut.
Berdasarkan
kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik,
dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang
dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan
lingkungan serta kebangsaan. Berikut adalah daftar nilai-nilai utama
yangdimaksud dan diskripsi ringkasnya.
1)
Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
a. Religius
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan atau ajaran agamanya.
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan atau ajaran agamanya.
2)
Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
a. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
b.
Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
c. Bergaya
hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja
keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
f. Percaya
diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
g. Berjiwa
wirausaha
Sikap dan
perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
h. Berpikir
logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
i.
Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
j.
Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
k. Cinta
ilmu
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
3)
Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
a. Sadar
akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
b. Patuh
pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
c.
Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
d. Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang, tata bahasa maupun tata perilaku ke semua orang.
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang, tata bahasa maupun tata perilaku ke semua orang.
e.
Demokratis
Cara berfikir, bersikapdan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Cara berfikir, bersikapdan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
4)
Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
a. Peduli
sosial dan lingkungan
Sikap dan
tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakanpada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
5)
Nilai kebangsaan
Caraberpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negaradi atas kepentingan diri dan kelompoknya.
1.Nasionalis
a. Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
Caraberpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negaradi atas kepentingan diri dan kelompoknya.
1.Nasionalis
a. Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
b.
Menghargai keberagaman
Sikap
memberikan respek/ hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk
fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama
2.4 Prinsif
Pengemban Karakter
Menurut
Lickona, Schaps dan Lewis (2003), bahwa pendidikan karakter harus didasarkan
pada sebelas prinsip berikut:
1)
Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter
2)
Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran,
perasaan dan perilaku,
3)
Menggunakan pendekatan tajam, proaktif dan efektif untuk membangun
karakter,
4)
Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
5)
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik,
6)
Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua pserta didik, membangun karakter mereka dan membantu mmereka
untuk meraih sukses,
7)
Mengusahakan tumbuhanya motovasi diri pada peserta didik,
8)
Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi
tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama,
9)
Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun
inisiatif pendidikan karakter,
10)Memfungsikan
keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter,
11)Mengevaluasi
karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan
menifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.
2.5 Pendidikan
Karakter dalam Pembelajaran
Pendidikan ke arah terbentuknya karakter bangsa para siswa merupakan
tanggung jawab semua guru. Oleh karena itu, pembinaannya pun harus oleh semua
guru. Dengan demikian, kurang tepat jika dikatakan bahwa mendidik para siswa
agar memiliki karakter bangsa hanya ditimpakan pada guru mata pelajaran
tertentu, semisal guru PKn atau guru
pendidikan agama. Walaupun dapat dipahami bahwa porsi yang dominan
untuk mengajarkan pendidikan karakter bangsa adalah para guru yang relevan
dengan pendidikan karakter bangsa. Tanpa terkecuali, semua guru harus
menjadikan dirinya sebagai sosok teladan yang berwibawa bagi para siswanya.
Sebab tidak akan memiliki makna apapun bila seorang guru PKn mengajarkan
menyelesaikan suatu masalah yang bertentangan dengan cara demokrasi, sementara
guru lain dengan cara otoriter. Atau seorang guru pendidikan agama dalam
menjawab pertanyaan para siswanya dengan cara yang nalar yaitu dengan
memberikan contoh perilaku para Nabi dan sahabat, sementara guru lain hanya
mengatakan asal-asalan dalam menjawab.
Sesungguhnya setiap guru yang mengajar haruslah sesuai dengan tujuan utuh pendidikan. Tujuan utuh pendidikan jauh lebih luas dari misi pengajaran yang dikemas dalam Kompetensi Dasar (KD). Rumusan tujuan yang berdasarkan pandangan behaviorisme dan menghafal saja sudah tidak dapat dipertahankan lagi Para guru harus dapat membuka diri dalam mengembangkan pendekatan rumusan tujuan, sebab tidak semua kualitas manusia dapat dinyatakan terukur berdasarkan hafalan tertentu. Oleh karena itu, menurut (Hasan, 2000) pemaksaan suatu pengembangan tujuan didalam kompetensi dasar tidak dapat dipertahankan lagi bila hanya mengacu pada hafalan semata.
Sesungguhnya setiap guru yang mengajar haruslah sesuai dengan tujuan utuh pendidikan. Tujuan utuh pendidikan jauh lebih luas dari misi pengajaran yang dikemas dalam Kompetensi Dasar (KD). Rumusan tujuan yang berdasarkan pandangan behaviorisme dan menghafal saja sudah tidak dapat dipertahankan lagi Para guru harus dapat membuka diri dalam mengembangkan pendekatan rumusan tujuan, sebab tidak semua kualitas manusia dapat dinyatakan terukur berdasarkan hafalan tertentu. Oleh karena itu, menurut (Hasan, 2000) pemaksaan suatu pengembangan tujuan didalam kompetensi dasar tidak dapat dipertahankan lagi bila hanya mengacu pada hafalan semata.
Hasil belajar atau pengalaman dari sebuah pembelajaran dapat berdampak
langsung dan tidak langsung. Menurut Joni (1996) mengatakan dampak langsung
pengajaran dinamakan dampak instruksional sedangkan dampak tidak langsung dari
keterlibatan siswa dalam berbagai kegiatan belajar yang dirancang guru disebut
dampak pengiring. Dampak pengiring adalah pendidikan karakter bangsa yang harus
dikembangkan, tidak dapat dicapai secara langsung, baru dapat tercapai setelah
beberapa kegiatan belajar berlangsung. Dalam penilaian hasil belajar, semua
guru akan dan seharusnya mengukur kemampuan siswa dalam semua ranah (Waridjan,
1991). Dengan penilaian seperti itu maka akan tergambar sosok utuh siswa
sebenarnya. Artinya, dalam menentukan keberhasilan siswa harus dinilai dari
berbagai ranah seperti pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan perilaku
(psikomotor). Seorang siswa yang menempuh ujian Matematika secara
tertulis, sebenarnya siswa tersebut dinilai kemampuan penalarannya yaitu
kemampuan mengerjakan soal-soal
Matematika. Juga dinilai kemampuan pendidikan karakter bangsanya
yaitu kemampuan melakukan kejujuran dengan tidak menyontek dan bertanya kepada
teman dan hal ini disikapi karena perbuatan-perbuatan tersebut tidak baik. Di
samping itu, ia dinilai kemampuan gerak-geriknya, yaitu kemampuan mengerjakan
soal-soal ujian dengan tulisan yang teratur, rapi, dan mudah dibaca (Waridjan,
1991).
Selain penilaian dilakukan terhadap semua kemampuan pada saat ujian berlangsung, boleh jadi seorang guru memperhitungkan tindak-tanduk siswanya di luar ujian. Seorang guru mungkin saja tidak akan meluluskan seorang siswa yang mengikuti ujian mata pelajaran tertentu karena perilaku siswa tersebut sehari-harinya adalah kurang sopan, selalu usil, dan suka berbuat keonaran meskipun dalam mengerjakan ujian siswa itu berhasil baik tanpa menyontek dan menuliskan jawaban ujian dengan tulisan yang jelas dan rapi. Oleh karena itu, akan tepat apabila pada setiap mata pelajaran dirumuskan tujuan pengajaran yang mencakupi kemampuan dalam semua ranah. Artinya, pada setiap rencana pembelajaran termuat kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor; dampak instruksional; dan dampak pengiring. Dengan demikian, seorang guru akan menilai kemampuan dalam semua ranah ujian suatu mata pelajaran secara absah.
Selain penilaian dilakukan terhadap semua kemampuan pada saat ujian berlangsung, boleh jadi seorang guru memperhitungkan tindak-tanduk siswanya di luar ujian. Seorang guru mungkin saja tidak akan meluluskan seorang siswa yang mengikuti ujian mata pelajaran tertentu karena perilaku siswa tersebut sehari-harinya adalah kurang sopan, selalu usil, dan suka berbuat keonaran meskipun dalam mengerjakan ujian siswa itu berhasil baik tanpa menyontek dan menuliskan jawaban ujian dengan tulisan yang jelas dan rapi. Oleh karena itu, akan tepat apabila pada setiap mata pelajaran dirumuskan tujuan pengajaran yang mencakupi kemampuan dalam semua ranah. Artinya, pada setiap rencana pembelajaran termuat kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor; dampak instruksional; dan dampak pengiring. Dengan demikian, seorang guru akan menilai kemampuan dalam semua ranah ujian suatu mata pelajaran secara absah.
2.6 Pendidikan
Karakter dalam Keterpaduan Pembelajaran
Pendidikan
karakter bangsa dalam keterpaduan pembelajaran dengan semua mata pelajaran
sasaran integrasinya adalah materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta
pemaknaan pengalaman belajar para siswa. Konsekuensi dari pembelajaran terpadu,
maka modus belajar para siswa harus bervariasi sesuai dengan karakter
masing-masing siswa. Variasi belajar itu dapat berupa membaca bahan rujukan,
melakukan pengamatan, melakukan percobaan, mewawancarai nara sumber, dan
sebagainya dengan cara kelompok maupun individual.
Terselenggaranya
variasi modus belajar para siswa perlu ditunjang oleh variasi modus penyampaian
pelajaran oleh para guru. Kebiasaan penyampaian pelajaran secara eksklusif dan
pendekatan ekspositorik hendaknya dikembangkan kepada pendekatan yang lebih
beragam seperti diskoveri dan inkuiri. Kegiatan penyampaian informasi,
pemantapan konsep, pengungkapan pengalaman para siswa melalui monolog oleh guru
perlu diganti dengan modus penyampaian yang ditandai oleh pelibatan aktif para
siswa baik secara intelektual (bermakna) maupun secara emosional (dihayati
kemanfaatannya) sehingga lebih responsif terhadap upaya mewujudkan tujuan utuh
pendidikan. Dengan bekal varisai modus pembelajaran tersebut, maka skenario
pembelajaran yang di dalamnya terkait pendidikan karakter bangsa dapat
dilaksanakan lebih bermakna.
Penempatan Pendidikan karakter bangsa diintegrasikan dengan semua mata pelajaran tidak berarti tidak memiliki konsekuensi. Oleh karena itu, perlu ada komitmen untuk disepakati dan disikapi dengan saksama sebagai kosekuensi logisnya. Komitmen tersebut antara lain sebagai berikut. Pendidikan karakter bangsa (sebagai bagian dari kurikulum) yang terintegrasikan dalam semua mata pelajaran, dalam proses pengembangannya haruslah mencakupi tiga dimensi yaitu kurikulum sebagai ide, kurikulum sebagai dokumen, dan kurikulum sebagai proses (Hasan, 2000) terhadap semua mata pelajaran yang dimuati pendidikan karakter bangsa. Lebih lanjut, Hasan (2000) mengurai bahwa pengembangan ide berkenaan dengan filosofi kurikulum, model kurikulum, pendekatan dan teori belajar, pendekatan atau model evaluasi. Pengembangan dokumen berkaitan dengan keputusan tentang informasi dan jenis dokumen yang akan dihasilkan, bentuk/format Silabus, dan komponen kurikulum yang harus dikembangkan. Sementara itu, pengembangan proses berkenaan dengan pengembangan pada tataran empirik seperti RPP, proses belajar di kelas, dan evaluasi yang sesuai. Agar pengembangan proses ini merupakan kelanjutan dari pengembangan ide dan dokumen haruslah didahului oleh sebuah proses sosialisasi oleh orang-orang yang terlibat dalam kedua proses, atau paling tidak pada proses pengembangan kurikulum sebagai dokumen.
Penempatan Pendidikan karakter bangsa diintegrasikan dengan semua mata pelajaran tidak berarti tidak memiliki konsekuensi. Oleh karena itu, perlu ada komitmen untuk disepakati dan disikapi dengan saksama sebagai kosekuensi logisnya. Komitmen tersebut antara lain sebagai berikut. Pendidikan karakter bangsa (sebagai bagian dari kurikulum) yang terintegrasikan dalam semua mata pelajaran, dalam proses pengembangannya haruslah mencakupi tiga dimensi yaitu kurikulum sebagai ide, kurikulum sebagai dokumen, dan kurikulum sebagai proses (Hasan, 2000) terhadap semua mata pelajaran yang dimuati pendidikan karakter bangsa. Lebih lanjut, Hasan (2000) mengurai bahwa pengembangan ide berkenaan dengan filosofi kurikulum, model kurikulum, pendekatan dan teori belajar, pendekatan atau model evaluasi. Pengembangan dokumen berkaitan dengan keputusan tentang informasi dan jenis dokumen yang akan dihasilkan, bentuk/format Silabus, dan komponen kurikulum yang harus dikembangkan. Sementara itu, pengembangan proses berkenaan dengan pengembangan pada tataran empirik seperti RPP, proses belajar di kelas, dan evaluasi yang sesuai. Agar pengembangan proses ini merupakan kelanjutan dari pengembangan ide dan dokumen haruslah didahului oleh sebuah proses sosialisasi oleh orang-orang yang terlibat dalam kedua proses, atau paling tidak pada proses pengembangan kurikulum sebagai dokumen.
Dalam
pembelajaran terpadu agar pembelajaran efektif dan berjalan sesuai harapan ada
persyaratan yang harus dimiliki yaitu
(a) kejelian profesional para guru dalam mengantisipasi pemanfaatan berbagai kemungkinan arahan pengait yang harus dikerjakan para siswa untuk menggiring terwujudnya kaitan-kaitan koseptual intra atau antarmata bidang studi
(b) penguasaan material terhadap bidang-bidang studi yang perlu dikaitkan (Joni, 1996). Berkaitan dengan Pendidikan karakter bangsa sebagai pembelajaran yang terpadu dengan semua mata pelajaran arahan pengait yang dimaksudkan dapat berupa pertanyaan yang harus dijawab atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh para siswa yang mengarah kepada perkembangan pendidikan karakter bangsa dan pengembangan kualitas kemanusiaan.
(a) kejelian profesional para guru dalam mengantisipasi pemanfaatan berbagai kemungkinan arahan pengait yang harus dikerjakan para siswa untuk menggiring terwujudnya kaitan-kaitan koseptual intra atau antarmata bidang studi
(b) penguasaan material terhadap bidang-bidang studi yang perlu dikaitkan (Joni, 1996). Berkaitan dengan Pendidikan karakter bangsa sebagai pembelajaran yang terpadu dengan semua mata pelajaran arahan pengait yang dimaksudkan dapat berupa pertanyaan yang harus dijawab atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh para siswa yang mengarah kepada perkembangan pendidikan karakter bangsa dan pengembangan kualitas kemanusiaan.
2.7
Keberhasilan Implementasi Pendidikan Karakter
Keberhasilan
program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh
peserta didik yang antara lain meliputi sebagai berikut:
- Mengamalkan ajaran agama yang
dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
- Memahami kekurangan dan
kelebihan diri sendiri;
- Menunjukkan sikap percaya diri;
- Mematuhi aturan-aturan sosial
yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
- Menghargai keberagaman agama,
budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
- Mencari dan menerapkan
informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis,
kritis, dan kreatif;
- Menunjukkan kemampuan berpikir
logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
- Menunjukkan kemampuan belajar
secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
- Menunjukkan kemampuan
menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
- Mendeskripsikan gejala alam dan
sosial;
- Memanfaatkan lingkungan secara
bertanggung jawab;
- Menerapkan nilai-nilai
kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi
terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
- Menghargai karya seni dan
budaya nasional;
- Menghargai tugas pekerjaan dan
memiliki kemampuan untuk berkarya;
- Menerapkan hidup bersih, sehat,
bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
- Berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan santun;
- Memahami hak dan kewajiban diri
dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan
pendapat;
- Menunjukkan kegemaran membaca
dan menulis naskah pendek sederhana;
- Menunjukkan keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
sederhana;
- Menguasai pengetahuan yang
diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
- Memiliki jiwa kewirausahaan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
latar belakang dan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Lembaga
pendidikan sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat
meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta; 2)
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada Warga sekolah; 3) Pendidikan karakter
dapat diintegrasikan dalam semua mata pelajaran.
3.2 Saran
Pendidikan
karakter sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter bagi peserta didik
perlu terus dilakukan dengan lebih intensif dan berkesinambungan dalam semua
mata pelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwisol.
2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM.
Battistich,
Victor. 2007. Character Education, Prevention, and Positif Youth Development.
Illinois: University of Missouri, St Louis
Depdiknas, 2003, Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional,http://www.depdiknas.go.id
Hasan, S.
Hamid. 2000. Pendekatan Multikultural untuk Penyempurnaan Kurikulum, Bandung:
Remaja Rosdakarya
Joni, T.
Raka. 1996. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Dirjen Dikti Bagian Proyek PPGSD.
Lickona, T.,
Schaps, E, & Lewis, C. 2003. CEP’s Eleven Principles of Effective character
Education. Washington, DC: Character Education Partnership.