Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka secara
otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Hal ini sangat
berbengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan yang menuntut adanya inovasi
baru yang dapat menimbulkan perubahan, secara kualitatif yang berbeda dengan
sebelumnya. Tanggung jawab melaksanakan inovasi diantaranya terletak pada
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dimana guru memegang peranan utama dan
bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru, baik terhadap siswa maupun
masyarakat melalui proses pengajaran dalam kelas.
Perubahan yang terjadi pada kurikulum belakangan ini diharapkan dapat
mencapai tujuan pembelajaran menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Kurikulum
yang diberlakukan sekarang yaitu kurikulum 2006 (KTSP), diharapkan dapat
berjalan secara operasional, sehingga dapat memberikan kompetensi yang cukup
bagi peserta didik untuk mengembangkan dirinya, namun tidak menyimpang dari
peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Namun sayangnya, rancangan KTSP yang berlaku saat ini belum sepenuhnya
dipahami segenap kalangan pendidik khususnya guru SD. Kebanyakan dari mereka
merasa kebingungan akan arah dan tujuan KTSP dan bahkan yang lebih tragis lagi
adalah pembelajaran versi KTSP sangat merepotkan guru. Sehingga penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan bagian terpenting dari
KTSP lebih pada pemenuhan administrasi saja (formalitas). Ketika ada pengawasan
dari Dinas Pendidikan setempat, barulah RPP tersebut keluar dari sarangnya.
Sedangkan proses pembelajaran di kelas masih menggunakan cara-cara klasik
dengan metode ceramah dan menghafal.
Pada jenjang Sekolah Dasar misalnya, kurikulum KTSP belum sepenuhnya
difahami oleh guru. Dalam membuat rencana pembelajaran, guru lebih cenderung
mengikuti apa yang telah tertuang dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
tanpa melakukan analisis apakah SK dan KD tersebut cocok diterapkan pada anak
usia Sekolah Dasar. Pada kenyataannya masih banyak KD yang terlalu dipaksakan
untuk dikuasai siswa. Pada akhirnya materi yang diajarkan tidak bisa dikuasai
siswa. Materi tidak bisa membumi dan menjadi pengalaman belajar yang bermakna
bagi siswa
Dalam mata pelajaran PKn, tuntutan kurikulum bukan hanya didasarkan pada
ketuntasan belajar siswa secara kognitif, tetapi menuntut juga perubahan sikap
dan perilaku sebagai indikator keberhasilan aspek afektif. Hal ini membuat guru
kebingungan dalam membuat metode dan model pembelajaran yang tepat untuk
anak usia Sekolah Dasar yang dapat mengakomodir aspek kognitif dan afektif
anak.
Model Pembelajaran (sama hal seperti namanya) adalah sebuah “Model” yang
tidak tabu untuk dikembangkan. Ia adalah sebuah gagasan inti yang menunggu dan
berkesempatan besar untuk berkembang. Jadi tidak selamanya sebuah model harus
dilaksanakan seperti aslinya, dengan sentuhan kreasi dan inovasi jadilah sebuah
model menjadi lebih kaya. Berikut ini adalah model pembelajaran yang dapat
dikembangkan di Sekolah Dasar:
1.
1. Model
Pembelajaran Induktif
Pendekatan ini dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang
menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit
sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan.
Langkah-langkah yang bisa kita tempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan
induktif yaitu:
(1) Pemilihan Prinsip
guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan
induktif
(2) Pemberian Contoh
guru menyajikan contoh khusus, yang mendukung prinsip, atau aturan yang
memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh,
(3) Pemberian Contoh Lain
guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau
mengangkat perkiraan, dan memperkuat prinsip
(4) Menyimpulkan
menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan
dari contoh tersebut menuju sebuah prinsip yang hendak dicapai siswa.
1.
2. Model
Pembelajaran Deduktif
Pendekatan deduktif merupakan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari
umum ke khusus. Langkah-langkah yang dapat kita tempuh dalam model pembelajaran
dengan pendekatan deduktif adalah sebagai berikut:
(1) guru memilih konsep, prinsip aturan yang akan disajikan,
(2) guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan
definisi dan contoh-contohnya,
(3) guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun
hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh
media yang cocok,
(4) guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak
kesimpulan bahwa keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus
Dengan model-model pembelajaran tersebut diharapkan dapat memacu
kreatifitas guru dalam menentukan dan membuat pembelajaran yang Aktif, Kreatif,
Efektif, Inovatif dan menyenangkan.
Pengembangan materi bahan ajar pada pelajaran PKn untuk siswa Sekolah
Dasar sebaiknya mengacu pada Standar Kompetensi yang telah tercantum pada
kurikulum. Namun dalam menentukan Kompetensi Dasar dan Indikator, guru
sebaiknya tidak mengacu pada silabut yang sudah ada. Artinya guru dapat merancang
sendiri KD dan indikator agar dapat disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan
siswa. Hal ini dilakukan karena karakteristik dan keadaan siswa di
masing-masing daerah tidak sama. Oleh karena itu pengembangan KD juga
harus disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Berikut adalah contoh
pengembangan Silabus pada jenjang Sekolah Dasar kelas IV semester I.